Akhirnya dia pergi lagi, aku tak tau jam berapa dia pulang.
Mungkin sudah larut, kapan dapat bertemu dia lagi? Mengapa dia tak tinggal saja
di sini? Mendadak semangatku hilang saat tau sepatunya sudah tidak ada lagi di
rak, ah dia pasti sudah pulang. Entah mengapa hadirnya mampu membuatku lebih
ceria, aku jadi ingin cepat pulang jika sudah sore. Aku ingin melihat wajahnya
lagi, dia seperti memberikan atmosfir baru dalam hidupku. Senyumnya tak bisa ku
lupa meskipun hanya sesekali dia tersenyum padaku. Dia tak sadar bahwa ada
seseorang yang begitu ingin melihatnya sepanjang hari, pagi, siang, malam tak
masalah jika ada dia. Seakan beban kerjaku lenyap ketika aku sudah melihatnya.
Mengapa aku begitu menyukainya, aku pun tak tau. Kadang aku berkhayal, seandainya
dapat main gitar dan menyanyi bersamanya. Hanya karena kemarin malam aku dengar
dia memainkan gitar, atau aku inginkan lagi saat dia berjalan di sampingku
waktu itu. Makan dan minum bersama, mengendarai mobil yang sama dan menyanyikan
lagu bersama. Kapan itu akan terulang lagi ?
Selasa, 19 Januari 2016
TELEPON (Mr. Sebastian)
Jika memang kau di takdirkan
untukku, maka ijinkanlah aku perbaiki diriku dulu sebelum bertemu denganmu.
Apakah kau tahu jika sekarang kau tiba-tiba sering terlintas dalam pikiranku.
Apalagi jika aku sendiri dan tak sibuk. Aku membayangkan bagaimana kelanjutan
perkenalan kita saat kita sudah bertemu nanti. Apakah kau masih akan menemuiku
atau malah melupakanku. Apakah kau merasa senang atau malah menyesal telah
menghabiskan pulsa untuk beribu-ribu detik
berbicara denganku setiap malam. Sebenarnya aku pun tak tahu, kenapa aku
mau mengangkat telponmu. Aku hanya merasa tak baik jika mengabaikan seseorang.
Kau juga sangat terbuka, bagaimana kau bisa menceritakan semua hal kepadaku?
Pekerjaan, keluarga, bahkan kegiatanmu kau ceritakan kepadaku.
Jujur saja, aku tak begitu
menyukai suaramu jika di telepon. Rasanya orangnya terlalu asing, ya walaupun
memang belum tahu. Minggu lalu kau masih jarang menelponku, hanya saat malam
jika kau tak sibuk. Malam minggu misalnya, tapi di bulan November ini kita terlalu
banyak bicara. Hingga aku bingung tak tahu apalagi yang ingin aku katakan.
Meskipun kau selalu menceritakan semua
hal kepadaku, tak banyak cerita ku yang dapat kau dengar. Ku akui memang aku
tak banyak bicara, apalagi menceritakan masalahku kepada orang asing yang tak
pernah ku temui. Tapi apakah kau merasakan juga jika hubungan kita berbeda?
Langganan:
Postingan (Atom)