Selasa, 19 Januari 2016

TELEPON (Mr. Sebastian)



Jika memang kau di takdirkan untukku, maka ijinkanlah aku perbaiki diriku dulu sebelum bertemu denganmu. Apakah kau tahu jika sekarang kau tiba-tiba sering terlintas dalam pikiranku. Apalagi jika aku sendiri dan tak sibuk. Aku membayangkan bagaimana kelanjutan perkenalan kita saat kita sudah bertemu nanti. Apakah kau masih akan menemuiku atau malah melupakanku. Apakah kau merasa senang atau malah menyesal telah menghabiskan pulsa untuk beribu-ribu detik  berbicara denganku setiap malam. Sebenarnya aku pun tak tahu, kenapa aku mau mengangkat telponmu. Aku hanya merasa tak baik jika mengabaikan seseorang. Kau juga sangat terbuka, bagaimana kau bisa menceritakan semua hal kepadaku? Pekerjaan, keluarga, bahkan kegiatanmu kau ceritakan kepadaku.

Jujur saja, aku tak begitu menyukai suaramu jika di telepon. Rasanya orangnya terlalu asing, ya walaupun memang belum tahu. Minggu lalu kau masih jarang menelponku, hanya saat malam jika kau tak sibuk. Malam minggu misalnya, tapi di bulan November ini kita terlalu banyak bicara. Hingga aku bingung tak tahu apalagi yang ingin aku katakan. Meskipun  kau selalu menceritakan semua hal kepadaku, tak banyak cerita ku yang dapat kau dengar. Ku akui memang aku tak banyak bicara, apalagi menceritakan masalahku kepada orang asing yang tak pernah ku temui. Tapi apakah kau merasakan juga jika hubungan kita berbeda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar