Apakah
kau tahu, cita-citaku berubah saat aku mulai menyukaimu. Saat ini yang ingin
aku wujudkan adalah menjadi bagian dari hidupmu, bersamamu, mendampingimu.
Betapa kau sangat aku butuhkan saat ini, kau tak perlu tahu sedalam apa
perasaanku. Setiap hari aku selalu berharap kita dapat melukis hidup bersama,
menjalani mimpi kita.
Kau
pernah berkata bahwa aku yang terakhir, semoga memang benar. Meskipun nyatanya
kau orang pertama menyentuh hatiku dengan tulus, memberikan perasaan yang belum
pernah ku tau sebelumnya, tak masalah terakhir atau pertama. Aku tetap
memilihmu dan aku bahagia.
Saat
ini aku ingin kau selalu mendukungku, kau harus meyakinkanku bahwa semuanya
akan baik-baik saja, bahwa semuanya dapat aku lewati. Kau harus membantuku supaya
tak takut untuk pindah, meskipun semuanya memang harus ada usaha dari diriku
sendiri. Berkali-kali aku meyakinkan orang tuaku jika ini adalah keputusanku, tak
ada kaitannya denganmu, namun tanpa kusadari ternyata dalam hati terselip
keinginan untuk dapat lebih sering dekat denganmu. Apakah ini keinginan
terselubung? Resign, semoga ini keputusan yang tepat.
Tak
ada kata terlanjur sayang, aku benar- benar dengan perasaanku, semoga kau pun
begitu. Aku bilang cinta kau setiap hari, bukan sugesti, itu karena memang aku
mencintaimu. Aku tau, cinta tak lantas di balas juga dengan cinta, namun
bolehkan aku memintamu untuk mencintaiku juga? Tulisanku ini kubuat sambil
berderai air mata, entah kenapa mataku berair. Antara perasaan yang dalam,
ketakutanku, dan ketidakpastian yang aku rasakan. Keraguanku tentang apakah kau
akan mencintaiku seperti saat kau merasa paling mencintaiku?
Aku
ingin kau menjadi alasanku untuk tetap tersenyum, aku ingin kau membantuku
menjadi lebih baik. Aku ingin kau mengingatkanku dan menyemangatiku tentang
keinginan yang belum ku capai, aku ingin kau ada. Kau ada saat aku butuh
seseorang untuk menguatkanku, tetaplah jadi pendengarku. Aku ingin bahumu selalu ada untukku
bersandar, aku ingin pelukmu dapat menenangkanku. Aku banyak maunya, maaf J