Senin, 06 Juni 2016

The Reason



Apakah kau tahu, cita-citaku berubah saat aku mulai menyukaimu. Saat ini yang ingin aku wujudkan adalah menjadi bagian dari hidupmu, bersamamu, mendampingimu. Betapa kau sangat aku butuhkan saat ini, kau tak perlu tahu sedalam apa perasaanku. Setiap hari aku selalu berharap kita dapat melukis hidup bersama, menjalani mimpi kita.
Kau pernah berkata bahwa aku yang terakhir, semoga memang benar. Meskipun nyatanya kau orang pertama menyentuh hatiku dengan tulus, memberikan perasaan yang belum pernah ku tau sebelumnya, tak masalah terakhir atau pertama. Aku tetap memilihmu dan aku bahagia.
Saat ini aku ingin kau selalu mendukungku, kau harus meyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja, bahwa semuanya dapat aku lewati. Kau harus membantuku supaya tak takut untuk pindah, meskipun semuanya memang harus ada usaha dari diriku sendiri. Berkali-kali aku meyakinkan orang tuaku jika ini adalah keputusanku, tak ada kaitannya denganmu, namun tanpa kusadari ternyata dalam hati terselip keinginan untuk dapat lebih sering dekat denganmu. Apakah ini keinginan terselubung? Resign, semoga ini keputusan yang tepat.
Tak ada kata terlanjur sayang, aku benar- benar dengan perasaanku, semoga kau pun begitu. Aku bilang cinta kau setiap hari, bukan sugesti, itu karena memang aku mencintaimu. Aku tau, cinta tak lantas di balas juga dengan cinta, namun bolehkan aku memintamu untuk mencintaiku juga? Tulisanku ini kubuat sambil berderai air mata, entah kenapa mataku berair. Antara perasaan yang dalam, ketakutanku, dan ketidakpastian yang aku rasakan. Keraguanku tentang apakah kau akan mencintaiku seperti saat kau merasa paling mencintaiku?
Aku ingin kau menjadi alasanku untuk tetap tersenyum, aku ingin kau membantuku menjadi lebih baik. Aku ingin kau mengingatkanku dan menyemangatiku tentang keinginan yang belum ku capai, aku ingin kau ada. Kau ada saat aku butuh seseorang untuk menguatkanku, tetaplah jadi pendengarku.  Aku ingin bahumu selalu ada untukku bersandar, aku ingin pelukmu dapat menenangkanku. Aku banyak maunya, maaf J

Selasa, 05 April 2016

Happy 4-Mensiversary



Dear Kak,
Aku hanya bisa mengucapkan terima kasih, atas semua limpahan perasaan yang kamu berikan. Kamu membuatku merasa bahwa di dunia ini masih ada keindahan. Masih ada yang harus aku rasakan supaya merasa bahagia. Dan aku lihat pandanganku tentang hidup tak sama lagi setelah ada kamu. Semuanya jadi lebih berarti.
Kak,  taukah kamu? aku tersipu saat kamu menyatakan cinta malam itu. Mungkin salah satu kejadian yang harus ada dalam fase hidupku adalah bertemu kamu. Dari awal memang aku sudah berpikir positif, mungkin memang kita dapat berjodoh. Kau baik hati mau mengantarku kembali ke tempat kerja, padahal kita belum terlalu akrab. Terima kasih kak.
Kak,  taukah kamu ? aku merasa senang saat kamu mengajakku ke rumah salah satu temanmu. Kamu mengenalkanku padanya. Artinya kamu tak hanya menyimpan aku dalam hatimu, bahkan orang lain berhak tau kalau aku adalah orang yang mungkin kamu sayangi.
Kak, taukah kamu? Aku terharu saat kamu menungguku di rumah sakit. Kamu langsung mengiyakan saat ku minta menemaniku, kamu datang malam itu. Meskipun saat itu ada laporan yang harus kamu kerjakan. Bahkan kamu membawanya ke rumah sakit. Demi aku dan supaya pekerjaan juga selesai. Aku tau kamu tak tidur semalaman, kamu membelai wajahku, merapikan rambutku dan menolongku mengambil minum saat  haus. Bahkan kamu mengecup keningku, rasanya seperti kamu sangat sayang padaku saat itu.
Kak bahkan tindakan kecilmu tak dapat ku lupakan begitu saja, bagaimana kamu selalu mengingatkanku jangan lupa minum obat, makan dan istirahat. Kamu juga membawakan obat tradisional demi sembuhnya sakit maagku yang lumayan parah. Kak tapi ternyata rasanya tidak enak, jadi tak ku habiskan. Maaf ya kak
Hari berikutnya, kamu juga membawaku ke rumahmu. Ada orang tuamu yang menyambutku dengan reaksi yang tak terduga. Ibumu bilang bahwa sebaiknya nanti kerja yang dekat saja karena aku akan tinggal di sana. Ibumu bertanya rumahku, kapan lulus dan kapan mulai bekerja. Kemudian bapak mu juga datang, beliau tersenyum saat melihatku dan heyy dia menyebutku calon menantu, aku jadi malu. Hehe tapi kak kenapa mereka tak menanyakan namaku? Mungkin kamu telah menceritakan sedikit tentangku ke mereka ya? Kamu juga bilang bahwa kamu bahagia kita dapat bertemu dan sedekat ini, Terima kasih kak, aku juga bahagia.
Akhirnya aku harus kembali lagi bekerja, kamu mengantarkanku lagi.  Aku ingat kamu mengenggam tanganku, genggaman yang seolah tak mau lepas. Kamu seperti menyampaikan pesan “ don’t be afraid, I’m here with U”  jangan takut karena aku selalu ada di sini. Itu yang ku pikirkan tentang arti genggaman tanganmu. Dan bahumu terasa nyaman sekali untukku bersandar, aku akan bersyukur jika memang kamu adalah teman hidupku selamanya. Tak perlu ku cari lagi kak, aku juga lelah sendiri.
Kak meskipun kita jauh, aku berharap kita selalu merasa dekat. Seperti aku yang merasa kamu juga ada di sini, perhatianmu segalanya tentang kamu selalu ada dalam pikiranku. Kak ku harap waktu tak akan lama lagi mengiyakan kita untuk  bersama, aku tau kamu sedang berjuang demi hidup yang lebih baik, maafkan aku yang sering mengeluh. Aku harap Tuhan mengijinkan kita bisa terus bersama, menjalani sisa hidup menciptakan bahagia kita selamanya. Aamiin

Love You Always,

ALVI :)

Selasa, 19 Januari 2016

Sebelumnya....



Akhirnya dia pergi lagi, aku tak tau jam berapa dia pulang. Mungkin sudah larut, kapan dapat bertemu dia lagi? Mengapa dia tak tinggal saja di sini? Mendadak semangatku hilang saat tau sepatunya sudah tidak ada lagi di rak, ah dia pasti sudah pulang. Entah mengapa hadirnya mampu membuatku lebih ceria, aku jadi ingin cepat pulang jika sudah sore. Aku ingin melihat wajahnya lagi, dia seperti memberikan atmosfir baru dalam hidupku. Senyumnya tak bisa ku lupa meskipun hanya sesekali dia tersenyum padaku. Dia tak sadar bahwa ada seseorang yang begitu ingin melihatnya sepanjang hari, pagi, siang, malam tak masalah jika ada dia. Seakan beban kerjaku lenyap ketika aku sudah melihatnya. Mengapa aku begitu menyukainya, aku pun tak tau. Kadang aku berkhayal, seandainya dapat main gitar dan menyanyi bersamanya. Hanya karena kemarin malam aku dengar dia memainkan gitar, atau aku inginkan lagi saat dia berjalan di sampingku waktu itu. Makan dan minum bersama, mengendarai mobil yang sama dan menyanyikan lagu bersama. Kapan itu akan terulang lagi ?

TELEPON (Mr. Sebastian)



Jika memang kau di takdirkan untukku, maka ijinkanlah aku perbaiki diriku dulu sebelum bertemu denganmu. Apakah kau tahu jika sekarang kau tiba-tiba sering terlintas dalam pikiranku. Apalagi jika aku sendiri dan tak sibuk. Aku membayangkan bagaimana kelanjutan perkenalan kita saat kita sudah bertemu nanti. Apakah kau masih akan menemuiku atau malah melupakanku. Apakah kau merasa senang atau malah menyesal telah menghabiskan pulsa untuk beribu-ribu detik  berbicara denganku setiap malam. Sebenarnya aku pun tak tahu, kenapa aku mau mengangkat telponmu. Aku hanya merasa tak baik jika mengabaikan seseorang. Kau juga sangat terbuka, bagaimana kau bisa menceritakan semua hal kepadaku? Pekerjaan, keluarga, bahkan kegiatanmu kau ceritakan kepadaku.

Jujur saja, aku tak begitu menyukai suaramu jika di telepon. Rasanya orangnya terlalu asing, ya walaupun memang belum tahu. Minggu lalu kau masih jarang menelponku, hanya saat malam jika kau tak sibuk. Malam minggu misalnya, tapi di bulan November ini kita terlalu banyak bicara. Hingga aku bingung tak tahu apalagi yang ingin aku katakan. Meskipun  kau selalu menceritakan semua hal kepadaku, tak banyak cerita ku yang dapat kau dengar. Ku akui memang aku tak banyak bicara, apalagi menceritakan masalahku kepada orang asing yang tak pernah ku temui. Tapi apakah kau merasakan juga jika hubungan kita berbeda?